Langsung ke konten utama

Ternyata, Anak Jalanan masih menang daripada Koruptor

Kalau kita bandingkan Koruptor dengan Anak Jalanan, ternyata lebih susah hidupnya Sang Koruptor. Coba pikir banyaknya kebutuhan hidup koruptor sama anak jalanan.
Koruptor butuh uang terus menerus dan selalu merasa dikit walau uang banyak. Mereka butuh 1juta untuk hidup. HP harus selalu Update, anak diberi jajan 50ribu perhari, habiskan 100ribu cuma buat makan siang. Berlebihan? Ya, mungkin saya yang berlebihan menggambarkannya.
Nah, sekarang lihat anak jalanan. Mereka butuh uang 10ribu aja buat hidup. Jajan? Tidak mungkin setiap hari. Makan saja mungkin sekali sehari, atau mungkin tidak makan satu hari. Tapi mereka masih bisa hidup, kan?

Berarti lirik lagu Slank benar, "Hidup bermewah-mewahan... Punya segalanya tapi sengsara, SEPERTI PARA KORUPTOR". Hidup mereka terlihat enak, cuma sebenarnya sengsara karena mengidap penyakit Money Syndrome, penyakit yang selalu haus akan uang.

Sebenarnya gue cuma mau mengingatkan hidup kita haruslah SECUKUPNYA. Jangan pikir kalau menjadi orang kaya akan indah SELAMANYA. Menjadi miskinpun juga nggak kuat 'kan? (menurut saya lho ya)

Komentar

  1. Testing komentar...
    Post pertama artikel ini dapat dilihat di

    BalasHapus
  2. http://archive.kaskus.us/thread/1213246

    BalasHapus

Posting Komentar

Komentar:

Postingan populer dari blog ini

Update 1 September

Everytime I want to start doing my homework, there came a lazy mind. But at the same time, I want to write something. Something like this writing. I don’t know why, but it’s always happened this way. I should start make a decision about what is important, and what I really want to do. My school task is way more important, but I don’t like to do it. I want to start writing an article, some short stories, but it could be done in another day. Doing my school task means a future for me. A really simple thing to do. Just write some formulas, or write an essay for about one page. In the next day, your teacher take your task, give you a score for it. And it’s really important after you graduate from high school. But, writing is my future too. It’s my decision. Which way i want to choose? Both decision have a risk to face. You want to be writer? You will get a job as a writer. You can write an article for magazine, or some local paper. Or maybe a novel writer. Both earns money. But thi

Update 3: Living as a Success Lvl: Gamers tingkat Pelajar (Mid September 2012)

Siapa nih yang download!!!!??? Lambat bego!!! Halah, judulnya belibet begitu. Tidak mendidik malahan kalo Cuma baca judulnya. Tapi ini postingan serius (insya Allah, niatnya emang begitu. Tapi gak tau juga sih nantinya gimana). This is an article about living your life as a gamer, tapi yang masih pelajar. Emm, lebih kayak curhatan gue sendiri sih mungkin. Tapi ya, daripada gak ngupdate ini blog, mendingan lah. Game adalah permainan. Apa aja deh, yang penting permainan. Gak usah dijelasin lagi juga udah pada tau kan? Buat anak-anak dulu sebelum adanya game konsol keluar, yang banyak dimainkan ya kayak petak umpet, polisi-polisian, tak jongkok (eh, bener kan ya nulisnya kayak gini...??), lompat tali, dan banyak deh game outdoor lain yang menyenangkan dan menyehatkan (sehat dong! Kan banyak bergerak itu sehat).

Ib, The Game

Kali ini gue mau ngebahas satu game nih. Kayaknya ini kedua kalinya gue nge-review game. Terakhir kali nge-review game Silent Hill, sekitaran dua tahun yang lalu. Game konsol horror pertama yang gue kenal dan gue mainin. Sekarang game Silent Hill udah sampe ke seri Downpour yang dirilis untuk PS3 dan XBOX 360 (gak ada buat PC..... L ) dan pertengahan Oktober nanti film adaptasi dari Silent Hill 3, berjudul “Silent Hill Revelation” juga akan dirilis, di Amerika (gak ada buat Indonesia.... makin :nohope gue ).  Tapi ini bukan mau ngebahas tentang Silent Hill kok. Tapi tentang game berjudul  Ib.