Langsung ke konten utama

A Little Word about valentine day’s

Lagi seru-serunya nih momen Valentine Days. Baru beberapa hari yang lalu gue sama anak-anak rohis SMA se-Pekanbaru mengikuti acara “Tolak Valentine” di seputaran jalan Jend. Sudirman. Mungkin banyak juga orang gak tau kenapa ada Valentine Days. Darimana asalnya? Ada sejarahnya juga kenapa tanggal 14 Februari dinamakan Valentine.
Berikut sepenggal ceritanya:
Alkisah pada tahun 260an Masehi, di Roma, pada waktu itu berkuasa Raja Claudius II. Dan Roma sedang dilanda peperangan dengan bangsa-bangsa lain hingga banyak sekali penduduk yang terlibat dalam peperangan. Claudius II tentu saja mewajibkan semua pemuda yang cukup umur untuk ikut berlaga di medan perang, berjuang demi Agama dan Negara. Waktu itu tenaga-tenaga pemudalah yang menjadi kekuatan utama peperangan. Maklum mereka kelebihan energi, dan sedang dalam proses pencarian jati diri. Berperang menjadi sebuah kebanggaan bagi para pemuda.
Namun beberapa pemuda ada juga yang menolak untuk ikut berperang. Kebanyakan adalah pemuda-pemuda yang baru saja menikah. Tentu saja mereka lebih memilih berada di rumah bersama dengan istrinya, mengolah lahan pertanian dan menggembalakan ternak. Akhirnya, beberapa pemuda yang semula ogah berpeang pun akhirnya menikah supaya tidak terkena “wajib militer”. Tentu saja Claudius pun akhirnya kekurangan tentara. Akhirnya Raja Claudius II memerintahkan Uskup Valentine, sebagai pemimpin agama yang berhak menikahkan orang untuk tidak menikahkan calon pengantin selama perang.
Sebagai seorang pemimpin agama Katolik Roma yang taat, Uskup Valentine tentu saja menolak perintah Claudius II. Dia tetap menikahkan pasangan-pasangan calon pengantin di Gereja. menurut Valentine, pernikahan dilandasi dengan kasih sayang dan cinta kasih, dan menolak menikahkan adalah sebuah dosa. Dan akibatnya Claudius menjadi kekurangan tentara dan murka. Maka Uskup Valentino pun ditangkap dan dipenggal kepalanya oleh Claudius II pada tanggal 14 Februari 269 Masehi.
Beberapa puluh tahun kemudian Vatikan menobatkan Uskup Valentine sebagai martir. Dan tanggal 14 Februari, ketika dia dipenggal kepalanya dijadikan sebagai Hari St. Valentine untuk mengenang kemartiranya dan diperingati oleh seluruh umat Katolik di Dunia. Dan sering disebut sebagai hari kasih sayang.
Yang kita tahu dari cerita diatas adalah sebuah sinopsis dari drama percintaan yang luar biasa dramatis (ya iyalah… namanya juga drama).
So what? Itu perayaan untuk agama yang bukan Islam. Masalahkah itu? Ya. Kalau kamu merayakannya sama seperti yang mereka lakukan.
Kalau beda gimana? Lha, ini yang mau gue bicaraain disini. Banyak juga lho orang yang ANTI VALENTINE DAY, tapi cuma sekedar ikutan plus logika yang cuma selayang pandang.
Bagaimana kalo kamu merayakan “Valentine” tanpa berniat untuk ikut-ikutan orang lain yang ngerayain? Gimana kalo dalam “Valentine” itu diisi kegiatan yang berguna yang bernilai ibadah? Masihkah diharamkan?
Ya, nggak dong!? Beberapa point yang mesti lu pikirin sebelum berkoar-koar nolak valentine:
  • Kalo hari kasih sayang itu gak cuma satu hari, kenapa gak menganggap hari “Valentine” sebagai hari biasa juga?
  • Kalo untuk yang sudah berumah-tangga, masih haramkah hari “Valentine” ? (mengacu pada point diatas ya!)
  • Untuk yang masih “pacaran” secara “Islami”, apa gak sadar kalo pacaran itu haram ? Ini gak masalah hari valentine, tapi apa yang kalian lakukan itu lho! Pacaran sebelum nikah haram kan?
  • Hari Valentine dibilang hari Maksiat. Toh banyak orang melakukan Maksiat setiap saat kan? Kalo hari “Valentine” yang notabenenya Hari Kasih Sayang bisa dilakukan setiap hari, berarti tiap hari kita boleh maksiat dong?
Sebenernya yang ditolak itu seharusnya bukan hari valentine-nya, tapi apa yang telah kalian lakukan di hari itu. Dan juga apa niat kamu sebenernya. Gak usah tolak Hari Valentine-nya, tapi Tolak Maksiatnya. Hari Valentine kan dalam sejarahnya budayanya orang-orang non-muslim. Ya biarin aja mereka gitu. Toh budaya, budaya mereka. Sebodo teuing mah! kata orang Sunda.
Jangan-tertipu-Valentine-Day
Aksi Tolak Valentine oleh ratusan pelajar Islam di Pekanbaru. Jumat (28/12)
Karena ane gak foto-foto disana, ya ambil dari internet aja deh. Smile
Dari foto diatas kan tertulis tuh:
“Jangan TERTIPU dengan VALENTINE DAY”
Banyak orang telah tertipu kalo valentine day adalah hari “spesial” berkasih sayang. Tertipu karena gak tau kalo hari itu adalah hari untuk memperingati seorang uskup yang mati dipenggal karena cintanya.
Kesimpulan:
Jangan jadikan hari valentine sebagai hari yang spesial. Karena pada saat itu juga kamu secara “tidak langsung” mengikuti kebudayaan orang non-muslim. Jadikan seperti hari-harimu yang lain. Jadikan seluruh hari dalam hidupmu spesial, karena orang yang beruntung adalah orang yang berubah meningkat maju di setiap harinya.
Bukan berarti kamu boleh bermaksiat setiap hari. Karena hal lain yang perlu diperhatikan adalah apa yang kamu lakukan dan apa yang kamu niatkan. Percuma saja kamu tidak berniat untuk ikut-ikutan valentine day, tapi tetep mojok di hutan kota. Bagus kalo sudah mukhrim, kalo belum? Nah,..!
So, Tolak Maksiat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Update 1 September

Everytime I want to start doing my homework, there came a lazy mind. But at the same time, I want to write something. Something like this writing. I don’t know why, but it’s always happened this way. I should start make a decision about what is important, and what I really want to do. My school task is way more important, but I don’t like to do it. I want to start writing an article, some short stories, but it could be done in another day. Doing my school task means a future for me. A really simple thing to do. Just write some formulas, or write an essay for about one page. In the next day, your teacher take your task, give you a score for it. And it’s really important after you graduate from high school. But, writing is my future too. It’s my decision. Which way i want to choose? Both decision have a risk to face. You want to be writer? You will get a job as a writer. You can write an article for magazine, or some local paper. Or maybe a novel writer. Both earns money. But thi

Update 3: Living as a Success Lvl: Gamers tingkat Pelajar (Mid September 2012)

Siapa nih yang download!!!!??? Lambat bego!!! Halah, judulnya belibet begitu. Tidak mendidik malahan kalo Cuma baca judulnya. Tapi ini postingan serius (insya Allah, niatnya emang begitu. Tapi gak tau juga sih nantinya gimana). This is an article about living your life as a gamer, tapi yang masih pelajar. Emm, lebih kayak curhatan gue sendiri sih mungkin. Tapi ya, daripada gak ngupdate ini blog, mendingan lah. Game adalah permainan. Apa aja deh, yang penting permainan. Gak usah dijelasin lagi juga udah pada tau kan? Buat anak-anak dulu sebelum adanya game konsol keluar, yang banyak dimainkan ya kayak petak umpet, polisi-polisian, tak jongkok (eh, bener kan ya nulisnya kayak gini...??), lompat tali, dan banyak deh game outdoor lain yang menyenangkan dan menyehatkan (sehat dong! Kan banyak bergerak itu sehat).

Ib, The Game

Kali ini gue mau ngebahas satu game nih. Kayaknya ini kedua kalinya gue nge-review game. Terakhir kali nge-review game Silent Hill, sekitaran dua tahun yang lalu. Game konsol horror pertama yang gue kenal dan gue mainin. Sekarang game Silent Hill udah sampe ke seri Downpour yang dirilis untuk PS3 dan XBOX 360 (gak ada buat PC..... L ) dan pertengahan Oktober nanti film adaptasi dari Silent Hill 3, berjudul “Silent Hill Revelation” juga akan dirilis, di Amerika (gak ada buat Indonesia.... makin :nohope gue ).  Tapi ini bukan mau ngebahas tentang Silent Hill kok. Tapi tentang game berjudul  Ib.